*Kutipan dari buku
Indahnya Menjadi Kekasih Allah karya Amr Khaled Hal 277*
Kisah berikut tentang seorang pemuda
yang amat mencintai kekasihnya dan telah menjalin hubungan cukup lama. Namun
pada suatu waktu, pemuda ini mulai rajin mengikuti pengajiandan semakin taat
beragama. Saat itu, dia menyadari bahwa pola cintanya dengan sang kekasih harus
diluruskan. Karenanya, dia pun berkunjung ke rumah kekasihnya dan berkata,
“Sayang, aku tidak bisa meninggalkanmu. Namun, aku juga tidak mau menerima
kebencian dari Allah SWT jika terus mempertahankan hubungan ini. Untuk itu,
ketahuilah, Sayangku. Jika memang Allah sudah menakdirkan bahwa engkau yang
akan menjadi istriku kelak, niscaya cinta kita akan menemukan muara yang benar.
Adapun
jika engkau merasa keberatan untuk berpisah denganku, bersahabatlah dengan adik
perempuanku sehingga kita bisa tetap saling menjaga”
Dengan bermodal keyakinan itu, si
pemuda kembali menjalani hidupnya sepeti biasa, meski tanpa berhubungan lagi
dengan kekasihnya atau perempuan lain, menyelesaikn kuliah dan berusaha
membangun masa depan. Dan ketika waktu akhirnya membuktikan keyakinannya, si
pemuda tadi berkata, “Sekarang, aku sudah menikah dengan kekasihku dulu dan
dikaruniai lima orang putera. Kami berhasil mereguk manisnya kisah cinta yang
sebenarnya dalam sebuah biduk rumah tangga yang bahagia dan harmonis.
Sesungguhnya, semua itu bisa kami rasakan semata karena kami menaati perintah
Allah, sehingga Dia memberikan balasan berupa cinta suci yang tidak akan
berkurang selamanya.”
Itulah buah dari sebuah keyakinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar